MAKNA KIDUNG SINGGAH-SINGGAH PADA RITUAL BEDHOL PUSAKA SATU SURO DI PONOROGO

Isi Artikel Utama

A. Madani
N.W. Sartini
D. Mayangsari
P.K. Hadi

Abstrak

Penelitian ini merupakan kajian etnolinguistik yang bertujuan untuk menganalisis makna Kidung Singgah-Singgah yang terdapat dalam ritual Bedhol Pusaka Satu Suro di Ponorogo. Ritual Bedhol Pusaka merupakan bentuk napak tilas atau mengenang terbentuknya Ponorogo. Ritual ini dilakukan dengan mengambil tiga pusaka Bathoro Katong, pendiri sekaligus adipati pertama Ponorogo. Pengumpulan data dilakukan menggunakan metode simak dengan teknik rekam dan teknik catat. Sumber data instrumen penelitian berupa data lisan dan tulisan yang diperoleh melalui informan yang terlibat dalam penelitian, yaitu pelaku ritual tersebut. Data lisan berupa Kidung Singgah-Singgah yang dituturkan dalam ritual tersebut. Analisis data menggunakan metode kontekstual melalui konteks turunan penutur dengan lawan tutur. Penelitian ini mengkaji Kidung Singgah-singgah  yang dilantunkan oleh pelaku ritual tersebut dengan memfokuskan pada aspek makna. Adapun metode penyajian hasil menggunakan metode deskriptif, formal, dan informal. Teori yang digunakan adalah makna konseptual dan asosiatif Geoffrey Leech. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kidung Singgah-Singgah menggunakan tiga bahasa yakni bahasa Jawa, Jawa Kuno, dan Arab. Adapun jenis makna yang ditemukan dalam Kidung Singgah-Singgah terdapat makna asosiatif, yaitu makna konotatif, afektif, kolokatif, dan reflektif. Namun jenis makna yang mendominasi adalah makna konotatif dan afektif yang terdapat pada keempat bait kidung. Secara keseluruhan, makna Kidung Singgah-Singgah tersebut yaitu sebagai upaya tolak bala dan mengingatkan manusia untuk selalu mengingat dan menyembah Tuhannya.

Rincian Artikel

Bagian
Articles

Referensi

Brata, I. B. (2016). Kearifan Budaya Lokal Perekat Identitas Budaya Lokal. Bakti Saraswati, 5(1), 9–16. https://media.neliti.com/media/publications/75588-ID-kearifan-budaya-lokal-perekat-identitas.pdf

Chaer, A. (2013). Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Rineka Cipta.

Depdiknas. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka.

Haidar, Z. (2018). Macapat: Tembang Jawa Indah dan Kaya Makna. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.

Herusatoto, B. (1985). Simbolisme dalam Budaya Jawa. Hanindita

Hilman, Y. A., Dwijayanti, E. W., & Khoirurrosyidin. (2020). Identitas Lokal Masyarakat Etnik Panaragan. Sospol: Jurnal Sosial Politik, 6(1) 98–133. https://doi.org/10.22219/sospol.v6i1.8948

Madani, A. (2021). Wacana Ritual dalam Upacara Bedhol Pusaka Satu Suro di Kabupaten Ponorogo: Kajian Etnolinguistik. Skripsi. Universitas Airlangga.

Malinowski, B. (2010). Magic, Science, and Religion, and Other Essays. Kessinger Publishing, LLC.

Mardiwarsito. (1990). Kamus Jawa Kuna-Indonesia. Nusa Indah.

Nuryani. (2013). Struktur Wacana Ritual: Studi Kasus Ritual Selametan di Pesarean Gunung Kawi Malang Jawa Timur. Adabiyyat, 9(1), 1–24. https://ejournal.uin-suka.ac.id/adab/Adabiyyat/article/view/673

Leech, G. (1981). Semantics: The Study of Meanings (Edisi ke-2). Penguin Books.

Sudaryanto. (2015). Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Sanata Dharma University Press.

Tjakraningrat, K.P.H. (2013). Kitab Primbon Atassadhur Adammakna (Edisi ke-11). Buana Raya Solo.

Widodo, W. (2018). Mantra Kidung Jawa: Mengurai yang Lingual hingga yang Transendental. UB Press.

Wijaya, W. S., & Sartini, N. W. (2020). Makna Budaya Ritual Saulak pada Masyarakat Kampung Mandar Kabupaten Banyuwangi: Kajian Etnolinguistik". Etnolingual, 4(2), 96–104. https://doi.org/10.20473/etno.v4i2.22830